_Risa Saiza_
Judul Buku : Three Cups of Tea
Penulis : Greg Mortenson
Penerbit : Hikmah
Jumlah Halaman : 630
Halaman
Harga : Rp. 89.000
Mortenson, seorang penduduk
berkebangsaan Amerika Serikat ini awalnya hanyalah seorang perawat yang
menekuni hobi mendaki gunung. Pada tahun 1993, ia mengikuti ekspedisi pendakian
di salah satu puncak tertinggi di dunia (K2), komplek pegunungan Himalaya,namun
sayang, sebuah musibah menimpanya. Mortenson tersesat selama beberapa hari ,sampai tubuhnya mengalami kondisi yang kritis.Ia mencoba menuruni gunung selama tujuh hari.
Lalu takdir membawanya ke Desa Korphe, desa miskin paling terpencil di wilayah
Pakistan yang letaknya pun belum teridentifikasi. Di rumah Haji Ali ,
Mortenson dirawat dengan penuh kasih sayang dan diperlakukan seperti saudara.
Tradisi di wilayah tersebut sangat
unik. Seseorang yang telah diajak minum teh bersama, maka makna cangkir tehnya
yaitu cangkir pertama masih orang asing, cangkir kedua adalah teman, dan
cangkir ketiga telah menjadi anggota keluarga yang akan senantiasa dilindungi
bahkan dengan nyawa mereka sekalipun.
Pada satu kesempatan, Mortenson berjalan-jalan
sambil memulihkan kondisinya. Kondisi masyarakat dan desa tersebut menyiksa dan
menyentuh perasaanya. Dia melihat anak-anak di desa tersebut bersekolah dengan
duduk melingkar di atas tanah yang membeku , dalam udara yang dingin , namun
tidak kehilangan semangat mengikuti pelajaran. Melihat kenyataan seperti itu,
Mortenson terenyuh dan meletakkan tangan di pundak Haji Ali kemudian berkata,
“Aku akan membangun sebuah sekolah untuk desa ini, Aku berjanji”.
Demikianlah sekilas kisah Three
Cups of Tea. Mortenson kembali dan mencoba mewujudkan janjinya kepada penduduk
desa yang telah banyak membantunya. Greg hanyalah orang biasa. Ia hanya seorang
perawat kemiliteran yang tidak tetap. Namun kegigihannya membantu penduduk desa
tidak menyulutkan semangatnya meski berbagai kendala ia temui.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca. Buku yang telah
berhasil menggugah hati sejuta umat ini dapat menginspirasi lebih banyak lagi
hati-hati yang telah lama beku dengan penderitaan orang lain, hati-hati yang
hanya angkuh dengan kebahagiaan pribadinya. Pada akhir kisah, pembaca akan
tertarik ke dalam dunia Desa Korphe bersama perjuangan Greg dalam memenuhi
janjinya. Perjuangannya tidak hanya dinikmati penduduk Desa Korphe, namun juga
penduduk Afganishtan.
Buku ini menjadi aspirasi yang positif, ketika orang-orang
non-muslim di belahan barat berpandangan buruk terhadap muslim-muslim dunia. Perkataan Haji Ali kepada Greg Mortensen “Kita
minum tiga cangkir teh, pada cangkir pertama, engkau masih orang asing, pada
cangkir kedua, engkau adalah teman, dan saat cangkir ketiga engkau adalah
keluarga kami, dimana kami akan berbuat apapun untuk membelamu bahkan sampai mati
sekalipun” menjadi satu dampak bahwa umat muslim tidak membedakan ras, suku,
bangsa, bahkan agama. Semuanya diperlakukan seadil-adilnya.
Tidak akan merugi orang-orang yang mau membaca pengalaman
orang lain untuk dijadikan hikmah dan pelajaran bagi diri sendiri. Tidak peduli
siapapun penulisnya. Karena itu memang sangat baik kita mengamalkan prinsip “ Dengarkan
apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan”, sehingga segala hal
positif akan membangun energy hidup kita menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar