Minggu, 02 Juni 2013

Three Cups of Tea


Resensi Buku Three Cups of Tea
_Risa Saiza_


Judul Buku : Three Cups of Tea
Penulis : Greg Mortenson
Penerbit : Hikmah
Jumlah Halaman : 630  Halaman
Harga : Rp. 89.000

Mortenson, seorang penduduk berkebangsaan Amerika Serikat ini awalnya hanyalah seorang perawat yang menekuni hobi mendaki gunung. Pada tahun 1993, ia mengikuti ekspedisi pendakian di salah satu puncak tertinggi di dunia (K2), komplek pegunungan Himalaya,namun sayang, sebuah musibah menimpanya. Mortenson tersesat selama beberapa hari ,sampai  tubuhnya mengalami kondisi yang kritis.Ia mencoba menuruni gunung selama tujuh hari. Lalu takdir membawanya ke Desa Korphe, desa miskin paling terpencil di wilayah Pakistan yang letaknya pun belum teridentifikasi. Di rumah Haji Ali , Mortenson dirawat dengan penuh kasih sayang dan diperlakukan seperti saudara.
Tradisi di wilayah tersebut sangat unik. Seseorang yang telah diajak minum teh bersama, maka makna cangkir tehnya yaitu cangkir pertama masih orang asing, cangkir kedua adalah teman, dan cangkir ketiga telah menjadi anggota keluarga yang akan senantiasa dilindungi bahkan dengan nyawa mereka sekalipun.
Pada satu kesempatan, Mortenson berjalan-jalan sambil memulihkan kondisinya. Kondisi masyarakat dan desa tersebut menyiksa dan menyentuh perasaanya. Dia melihat anak-anak di desa tersebut bersekolah dengan duduk melingkar di atas tanah yang membeku , dalam udara yang dingin , namun tidak kehilangan semangat mengikuti pelajaran. Melihat kenyataan seperti itu, Mortenson terenyuh dan meletakkan tangan di pundak Haji Ali kemudian berkata, “Aku akan membangun sebuah sekolah untuk desa ini, Aku berjanji”.
Demikianlah sekilas kisah Three Cups of Tea. Mortenson kembali dan mencoba mewujudkan janjinya kepada penduduk desa yang telah banyak membantunya. Greg hanyalah orang biasa. Ia hanya seorang perawat  kemiliteran yang tidak tetap. Namun kegigihannya membantu penduduk desa tidak menyulutkan semangatnya meski berbagai kendala ia temui.
          Buku ini sangat menarik untuk dibaca. Buku yang telah berhasil menggugah hati sejuta umat ini dapat menginspirasi lebih banyak lagi hati-hati yang telah lama beku dengan penderitaan orang lain, hati-hati yang hanya angkuh dengan kebahagiaan pribadinya. Pada akhir kisah, pembaca akan tertarik ke dalam dunia Desa Korphe bersama perjuangan Greg dalam memenuhi janjinya. Perjuangannya tidak hanya dinikmati penduduk Desa Korphe, namun juga penduduk Afganishtan.
           Buku ini menjadi aspirasi yang positif, ketika orang-orang non-muslim di belahan barat berpandangan buruk terhadap muslim-muslim dunia.  Perkataan Haji Ali kepada Greg Mortensen “Kita minum tiga cangkir teh, pada cangkir pertama, engkau masih orang asing, pada cangkir kedua, engkau adalah teman, dan saat cangkir ketiga engkau adalah keluarga kami, dimana kami akan berbuat apapun untuk membelamu bahkan sampai mati sekalipun” menjadi satu dampak bahwa umat muslim tidak membedakan ras, suku, bangsa, bahkan agama. Semuanya diperlakukan seadil-adilnya.
          Tidak akan merugi orang-orang yang mau membaca pengalaman orang lain untuk dijadikan hikmah dan pelajaran bagi diri sendiri. Tidak peduli siapapun penulisnya. Karena itu memang sangat baik kita mengamalkan prinsip “ Dengarkan apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan”, sehingga segala hal positif akan membangun energy hidup kita menjadi lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar